Bisma hanya bisa menatap kosong makanan yang ada di depan matanya. Ayah Bisma keheranan dengan sikap anak laki-lakinya itu.
“Ada apa lagi, Nak?” tanya ayah Bisma.
Bisma hanya tertunduk lesu dan menggeleng. Jam berdentang menunjukkan pukul 10 malam. Pemuda itu hanya memakan sedikit makanan. Ia segera beranjak dari tempat duduk. Meraih tangan ayahnya dan menciumnya.
“Aku berangkat, Pak,” kata Bisma dengan suara pelan.
***
Bisma berjalan menyusuri jalan setapak dengan embusan angin malam yang menerpa. Ia menghela napas panjang ketika corong-corong pabrik mulai terlihat. Dengan memejamkan mata, pemuda berkaos biru itu berharap tidak terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan malam itu.
Para pekerja muncul satu persatu dari dalam pabrik saat pergantian shift. Bisma melangkah ke arah mesin penggilingan. Pemuda itu beberapa saat menunggu rekan-rekan kerjanya yang tak kunjung datang. Bisma mendekati dan menatap mesin itu. Tiba-tiba ia mendengar suara cicit tikus. Beberapa tikus hitam besar keluar dari mesin penggilingan. Bisma sontak terkejut dengan apa yang ia lihat. Tikus-tikus dengan mata kemerahan dan bergigi taring panjang keluar dari mesin dan mendekati Bisma.
Salah satu tikus hitam itu melompat ke dada Bisma, diikuti dengan tikus-tikus yang lain. Pemuda itu berteriak histeris. Gigi taring tajam salah satu tikus hitam itu menggigit dada Bisma. Tikus yang lain merambat dan menggigit seluruh tubuh Bisma. Darah keluar deras dari tubuh Bisma. Matanya membelalak menahan kesakitan yang luar biasa.
Bisma berusaha lepas dari teror tikus-tikus itu. Dengan sekuat tenaga, ia melepas satu demi satu tikus-tikus yang sedang menggigit tubuhnya. Ia mengabaikan seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Setelah ia berhasil melepaskan seluruh tikus-tikus itu, ia berlari menjauh dari mesin penggilingan. Namun, usahanya sia-sia. Ketika ia akan keluar dari pintu pabrik, ia mendengar suara desisan ular. Ia mendongak. Ular-ular hitam sedang bergelantungan pada atap pabrik. Tidak hanya seekor ular, tapi beberapa ekor ular hitam besar. Suara desisan semakin lama semakin memekakkan telinga Bisma.
Seekor ular terjatuh dan menimpa tubuh Bisma. Dengan cepat, ular itu melilit tubuh pemuda itu. Ular itu meremuk tubuh Bisma. Pemuda itu tak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Kedua bola mata Bisma hanya bisa bergerak ke kanan dan ke kiri. Ia seperti ingin meminta bantuan. Namun, di dalam pabrik itu hanya ada ia dan beberapa ular hitam.
Kesakitan Bisma bertambah. Ular-ular yang masih bergantung di atap terjatuh. Mereka melilit tubuh pemuda itu. Seluruh tubuh Bisma tak terlihat karena lilitan ular-ular hitam itu.
***
“Bisma bangun!” teriak salah satu pekerja.
Bisma membuka kedua matanya. Pemuda itu sudah di kelilingi oleh beberapa pekerja.