Riyani Bagikan Potret Perjungan Nelayan Indonesia di Perantauan Perikanan Laut Portugal

- Kamis, 16 Maret 2023 | 17:47 WIB
Seorang Nelayan Indonesia melihat pameran foto bertajuk “Nelayan: Tekad dalam Perjalanan” di Galeri Mira Forum di Porto, Portugal sejak 11 Februari hingga 25 Maret 2023 mendatang.  (Dok. Liputan Kendal Terkini)
Seorang Nelayan Indonesia melihat pameran foto bertajuk “Nelayan: Tekad dalam Perjalanan” di Galeri Mira Forum di Porto, Portugal sejak 11 Februari hingga 25 Maret 2023 mendatang. (Dok. Liputan Kendal Terkini)

LiputanKendalTerkini.com - Pengalaman adalah guru kehidupan. Inilah sosok Riyani Indriyati, wanita asal Boyolali Jawa Tengah yang memiliki banyak pengalaman hidup, yang menginspirasi banyak orang. Sudah banyak media dari Indonesia dan negara lain yang memotret Perjuangan Riyani.

Terutama ketika Riyani sukses mendirikan Yayasan Dahuni Foundation yang terdaftar di Belanda. Yayasan pendidikan tersebut banyak membantu anak-anak dari negara-negara berkembang agar jangan sampai putus sekolah.

Banyak kisah Perjuangan orang-orang sukses di dunia pendidikan yang selalu dibagikan Riyani. Semua itu bertujuan, agar setiap orang memiliki semangat hidup dan jangan sampai berputus asa.

Baca Juga: Nguri-nguri Budaya Jawa, Dompet Dhuafa dan YBM BRILiaN Mengundang Grup Kesenian Jatilan Rama Sinta Limbangan

Bagi Riyani, kisah Perjuangan seseorang adalah suatu bagian dari pendidikan. Setiap orang bisa mengambil hikmah atau pelajaran dari siapapun yang mau berjuang dan pantang menyerah. Kali ini, di tempat tinggalnya yang baru di daerah Portugal, Riyani banyak menemukan potret kisah Perjuangan nelayan Indonesia di perantauan Pantai Barat laut Portugal.

Bermula dari menghadiri pameran foto bertajuk “nelayan: Tekad dalam Perjalanan” yang dipamerkan oleh Eduardo Martins, seorang dokumenter fotografer asal Portugis yang karyanya dipamerkan di galeri Mira Forum di Porto sejak 11 Februari hingga 25 Maret 2023.

Dalam sebuah pameran tersebut, Riyani banyak bertemu dengan nelayan-nelayan Indonesia. Dalam suatu kesempatan para nelayan tersebut membagikan kisah Perjuangan hidupnya di perantauan. Kata Riyani, bagi para nelayan Indonesia, ada satu alasan pokok yang mendorong mereka untuk meninggalkan orang yang mereka cintai, yaitu untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Baca Juga: Begini Lirik Lagu Islam Jawa Sluku Sluku Bathok oleh Ning Umi Laila dengan Musik Banjari Modern


Tantangan nelayan Indonesia

Meskipun dari segi gaji, pendapatan mereka bisa di bilang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan apa yang mereka peroleh di Indonesia. Sebagai pekerja migran di pasar tenaga kerja yang berat, para pencari nafkah ini juga dihadapkan pada situasi hidup dan mati setiap kali mereka pergi ke laut.

"Saya mengapung selama 2 jam sambil memegang tabung bahan bakar. Saya tidak tahu apakah akan hidup atau mati, jadi saya pasrah saja," ujar Riyani dalam siaran persnya, Selasa (15/3) mengutip kalimat apa yang dikenang Eko Supriyanto nelayan dari Tegal tentang kecelakaan yang dialaminya saat kapal Taiwan tempatnya bekerja ditabrak kapal China.

Potret nelayan
Potret nelayan (Dok. Liputan Kendal Terkini)

Sementara itu, bagi Risdiyanto nelayan asli dari Pemalang, momen paling menakutkan dalam hidupnya adalah ketika ia mengapung selama tiga hari di laut Monte Video di Uruguay. Selain pekerjaan yang berisiko sangat tinggi ini, para nelayan tersebut juga menghadapi masalah lain mulai dari paspor yang ditahan oleh pemilik kapal, nomor pajak yang tidak diproses, pekerjaan lembur yang tidak dibayar, tempat tinggal di asrama yang sesak dengan lebih dari 25 orang ketika berada di pelabuhan, dan bahkan ada juga yang tidur di atas kapal seperti yang terjadi pada lima nelayan hingga hari ini.

“Pada saat terjadi masalah serius dan terutama ketika situasinya membutuhkan intervensi resmi, maka kedutaan besar Indonesia menjadi tujuan mereka untuk mencari penyelesaian,” imbuh Riyani.

Halaman:

Editor: Asifba

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X